Kamis, 08 November 2012

Filsafat



PENDAPAT PARA AHLI
MENGENAI DEFINISI FILSAFAT

Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri dari dua suku kata, philos, yang artinya cinta atau suka, dan sophia, yang artinya bijaksana. Maka, secara etimologis dapat diartikan, filsafat adalah suka atau cinta kepada kebijaksanaan (Makmur, 2008).
Adapun beberapa definisi filsafat dari para ahli, yaitu:
Aristoteles, (dalam Makmur, 2008);
“Filsafat adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak berubah, dan tidak terpisah dari materi”.

Plato, (dalam Kattsoff, 1987);
“…filsafat memang tidak lain daripada usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus”.

Kattsoff (1987);
“Filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan”. Dan,
“Filsafat merupakan hasil menjadi sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir, dan menjadi kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang dipikirkannya”.

Beerling, Kwee, Mooij, and Van Peursen (1988);
“Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan atau filsafat ilmu merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan”

Stramel (2002);
“Filsafat adalah cara berpikir tentang dunia dan cara berpikir tentang pemikiran kita sendiri”.

Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali (2003);
“Filsafat bukan perkara yang jauh dari kehidupan kita. Filsafat adalah menjernihkan konsep, menjernihkan bahasa agar kita bisa mengerti; filsafat adalah menemukan jalan hidup agar kita lebih manusiawi”.

Makmur (2008);
“Filsafat adalah berpikir secara matang dan mendalam terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan atau obyek tertentu sampai kepada inti persoalan yang sesungguhnya”.

Sehingga berfilsafat atau kegiatan kefilsafatan dapat diartikan sebagai:
Stramel (2002);
 “Kegiatan nalar yang diarahkan pada berbagai masalah penting dan fundamental tentang semua hal”.

Kattsoff (1987);
“Perenungan atau pemikiran”.

Makmur (2008);
“Rangkaian kegiatan atau aktivitas dengan menggunakan pemikiran dan perasaan manusia”


Semoga materi sederhana ini dapat menjadi bahan “perenungan atau pemikiran” sekaligus menambah wawasan keilmuan kita, dan semoga mendapat Berkah-Nya… Amin.

Referensi:
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen. 1988. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Bayu Indra Grafika

Kattsoff, Louis O. 1987. Pengantar Filsafat. Terjemahan Cetakan Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Makmur, H. 2008. Filsafat Administrasi. Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Aksara

Stramel, James S. 2002. Cara Menulis Makalah Filsafat. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Q-Anees, Bambang dan Radea Juli A. Hambali. Filsafat untuk Umum. Jakarta Timur: Prenada Media


Kamis, 01 November 2012

Kisah Keteladanan Sahabat Rasulullah SAW.



Kisah Keteladanan Umar RA.
Umar RA. pernah jatuh pingsan karena takutnya kepada Allah SWT. ketika mendengar bagian dari ayat Al-Qur’an:
“Maka janganlah kamu takut kepada manusia, namun takutlah kepada-Ku” (QS. 5 Al Maidah; 44)
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takutlah kepada-Ku, jikalau kalian benar-benar beriman” (QS. 3 Al Imran; 175)
Suatu hari beliau pernah mengambil jerami, lantas berkata;
“Alangkah beruntungnya aku jikalau dulu aku diciptakan sebagai jerami, bukan sebagai makhluk yang disebut manusia, dan sangat beruntung bila dulu ibuku tidak melahirkan aku”.
Beliau pun menangis sejadi-jadinya, hingga kedua mata beliau membentuk dua garis hitam. Melihat hal ini, Rasulullah Muhammad SAW pun bersabda:
“Seseorang tidak akan masuk neraka kalau pernah menangis karena takut kepada Allah, sehingga ada air susu kembali kebentuk aslinya”

Subhanallah…!
Semoga kisah keteladanan ini dapat menjadi bahan "perenungan atau pemikiran" sekaligus menjadi hikmah pembelajaran yang berharga bagi kita semua…Amin Yaa Allah.
Sumber: Kitab Mukasyafatul Qulub – Imam Al Ghazali


Surga



Surga dan Air Mata
Dalam Kitab Zahru Riyadl, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. bersabda;
“Ketika ahli surga masuk surga, para malaikat menjemput mereka dengan membacakan semua kebajikan dan kenikmatan. Diletakkan beberapa mimbar, serta ada hamparan luas untuk tempat suguhan makanan dan buah-buahan”.

Dengan banyaknya nikmat surga, para ahli surga tersebut merasa kebingungan. Lantas Allah SWT. berfirman;
“Wahai hamba-Ku, mengapa kalian kebingungan? Hari ini bukanlah tempat kebingungan!”

Para ahli surga pun menjawab;
“Sesungguhnya kami memiliki ikatan janji yang waktunya sudah datang”.

Allah SWT. berfirman kepada para malaikat;
“Bukalah tabir di wajah mereka!”
Para malaikat pun berkata;
“Wahai Tuhan kami, mengapa mereka boleh melihat-Mu! Bukankanh mereka orang-orang yang durhaka?”

 Allah SWT. berfirman;
“Bukalah penghalang itu! Sebab mereka termasuk hamba-Ku yang ahli dzikir, ahli sujud, dan selalu menangis di dunia karena ingin berjumpa dengan-Ku”

Maka para malaikat pun membuka tabir tersebut, dan para ahli surga pun dapat melihat Allah SWT. Kemudian mereka pun bersujud.
Lalu Allah SWT. berfirman;
“Angkatlah kepala kalian! Sebab di sini bukan lagi tempat beramala, melainkan tempat kemuliaan. Selamat untuk kalian wahai hamba-Ku, Aku sudah meridhoi kalian! Apakah kalian juga ridho kepada-Ku?”.

Para ahli surga pun menjawab;
“Mengapa kami tidak ridho wahai Tuhan? Engkau sudah member kesempatan kepada kami untuk melihat sesuatu yang tidak bias dilihat mata, yang tidak bias didengar telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia”

Demikianlah maksud firman Allah SWT.;
“Allah ridho terhadap mereka, dan mereka ridho kepada-Nya”  (QS. 5 Al Maidah; 119).
“Selamat! Sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Pengasih”  (QS. 36 Yasin; 58)

Subhanallah…!
Semoga kisah keteladanan ini dapat menjadi bahan "perenungan atau pemikiran" sekaligus menjadi hikmah pembelajaran yang berharga bagi kita semua…Amin Yaa Allah.
Sumber: Kitab Mukasyafatul Qulub – Imam Al Ghazali


Neraka



Neraka dan Air Mata
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah dikemukakan; bahwa bila kiamat tiba, neraka Jahannam didatangkan dengan membawa suara gemuruh api neraka yang mengerikan, dan semua manusia berlutut gemetar melihatnya. Maka Allah SWT berfirman;
“Hari ini kamu melihat semua umat berlutut”.
“Merangkak dengan lututnya memenuhi panggilan untuk mengambil kitab catatan amal”. (QS. 45; 28).

Ketika semua manusia menuju neraka, mereka sudah mendengar gemuruhnya api sejauh jarak 500 tahun.
Semua manusia termasuk para Nabi pasti berkata;
“Aku mengurus diriku sendiri”
Hanya Nabi Muhammad SAW yang berkata;
“Umatku… Umatku…!”
Api neraka Jahim keluar menggulung-gulung, namun umat Nabi Muhammad SAW segera menghalangi dengan berkat;
“Wahai api, tahanlah dirimu demi kebenarannya orang-orang khusuk dan orang-orang yang ahli puasa!”.

Namun api tersebut tidak mau kembali. Kemudian Malaikat Jibril membawa semangkuk air yang diberikannya kepada Nabi Muhammad SAW, dan berkata;
“Siramkan air ini ke api neraka itu!”
Nabi Muhammad SAW lantas menyiramkannya, dan api neraka itu langsung padam atas izin Allah SWT. Beliau pun bertanya kepada Malaikat Jibril;
“Ini air apa?”
Malaikat Jibril pun menjawab;
“Ini adalah air mata orang-orang durhaka dari umatmu yang menangis karena takut kepada Allah SWT”.

Mengetahui hal tersebut, Nabi Muhammad SAW berdo’a;
“Yaa Allah, berilah rizki kedua mataku dengan tangisan karena takut kepada-Mu!. Wahai kedua mataku, hendaklah engkau menangisi dosaku, yang mengotori umurku dan kedua tanganku, sementara aku sendiri    tidak tahu!”

Subhanallah…!
Semoga kisah keteladanan ini dapat menjadi bahan "perenungan atau pemikiran" sekaligus menjadi hikmah pembelajaran yang berharga bagi kita semua…Amin Yaa Allah.
Sumber: Kitab Mukasyafatul Qulub – Imam Al Ghazali