Kamis, 30 Oktober 2014

Diskusi 2 Ilmu Sosial Budaya Dasar

Poltekkes Kemenkes TA. 2014-2015

INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT,
DAN INTERAKSI SOSIAL

Kelompok 2:
Ikra Yuni Saputri
Ulfa Yanti Lukman
Hafiz Musawwir Nas
Iin Anggeraini
Insan Cahyadi
 Asriana Basri
Siti Hanifah S.
Nisfawati
Nurul Maisara




Diskusi kelompok ini berlangsung pada hari Rabu, 29 Oktober 2014 pada pk.12.00-13.00, dengan Nur Azisah Salsabila yang bertindak sebagai notulen. Dua orang anggota Kelompok 1 bertindak sebagai moderator  dan penyaji materi makalah diskusi. Kegiatan diskusi berjalan dengan tertib, tenang, dan lancar. Seluruh anggota kelompok 2 mampu menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta diskusi dengan baik. Adapun beberapa penanya dan pertanyaan yang muncul dalam diskusi ini, adalah:
  1. Wiwid Cahyani Saputri (Klpk. 1): “Apa cara terbaik yang dilakukan untuk mengatasi problema hidup masyarakat?”
  2. Musyahidah M. (Klpk. 1): “Apa yang sebaiknya dilakukan masyarakat jika terjadi persaingan dan bagaimana menyelesaikannya?”
  3. Aurelia Tifany Kapi (Klpk. 3): “Apa yang terjadi jika salah satu keluarga tidak menjalankan perannya?”  
  4. Fajar Sidik (Klpk. 3): “Apa syarat terjadinya aktivitas sosial di dalam interaksi sosial?”
  5. Nurwahida (klpk. 4): “Mengapa harus ada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat?”  
  6. Adriani (Klpk. 4): “Jelaskan mengenai libido seksualis yang mendorong manusia untuk hidup dan mati?”
  7. Rahmawati Kadir (Klpk. 5): “Apa fungsi manusia sebagai makhluk individu?”
  8. Afika Indah Pratiwi (Klpk. 5): “Bagaimana jika dalam suatu desa seluruh warganya tidak saling berinteraksi, apakah mereka termasuk masyarakat atau individu?”
  9. Esti Jufan Jumiyati Putri (Klpk. 4): “Bagaimana cara memelihara sumber daya yang ada di dalam keluarga?”
  10. Anita Rahayu (Klpk. 1): “Bagaimana cara menangani anak-anak yang bersikap dewasa tanpa melewati tahap-tahap perkembangan, dan bagaimana cara mengatasinya?”











Diskusi 1 Ilmu Sosial Budaya Dasar

Poltekkes Kemenkes TA. 2014-2015

LATAR BELAKANG, TUJUAN,
DAN RUANG LINGKUP ISBD

Kelompok 1:
A.  Asti Meilyani
Wiwid Cahyani Saputri
Muflihafizunnisa
Sandy Kurniawan
Anita Rahayu
Eka Melayanti
Gita Kasmini
Musyahidah Mustakim
Nurfitriani Lestari
Selfiana Salam




Diskusi kelompok ini berlangsung pada hari Rabu, 29 Oktober 2014 pada pk.11.00-12.00, dengan Aurelia Tifany Kapi yang bertindak sebagai notulen. Dua orang anggota Kelompok 1 bertindak sebagai moderator dan penyaji materi makalah diskusi. Kegiatan diskusi berjalan dengan tertib, tenang, dan lancar. Seluruh anggota kelompok 1 mampu menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta diskusi dengan baik. Adapun beberapa penanya dan pertanyaan yang muncul dalam diskusi ini, adalah:
  1. Andi Rahmat (Klpk. 5): “Terkait sistem pendidikan yang diwariskan oleh Bangsa Belanda, apakah maksud dari ‘pendidikan dianggap sebagai barang elite dan mewah’?” 
  2. Ikra Yuni Saputri (Klpk. 2): “Apa kelebihan dan kekurangan bila ISD dan IBD dipisahkan, dan apa pula kelebihannya bila digabungkan?” 
  3. Nur Atika Marzuki (Klpk. 4): “Coba jelaskan, apa yang dimaksud ‘sistem pendidikan yang terkotak-kotak’?”   
  4. Nisfawati (Klpk. 2): “Jelaskan makna ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya serta sebagai mata kuliah kemasyarakatan dan pendidikan umum?” 
  5. Feni Agustina (klpk. 5): “Bagaimana cara memenuhi tuntutan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya aspek Pengabdian Masyarakat?”   
  6. Kartika Kamaruddin (Klpk. 3): “Apakah isi kritikan para cendekiawan, sehingga tercipta mata kuliah ISBD?” 
  7. Ade Armanto (Klpk. 4): “Di mana letak perbedaan antara Ilmu Sosiologi dan ISBD, dan mengapa di perguruan tinggi lebih dominan mempelajari ISBD?” 
  8. Sigit Haryono Arianto (Klpk. 3): “Apa hubungan ISBD dan IPTEK?” 
  9. Siti Hanifah S. (Klpk. 2): “Bagaimana pendapat anda akan konsep manusia dan kebudayaannya yang tidak sama dengan ajaran agama Islam?” 
  10. Ayu Azzahra (Klpk. 4): “Bagaimana cara mengembangkan daya kritis terhadap persoalan kemanusiaan dan sosial budaya?” 











Materi 3 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB III
KONTRIBUSI PPKN
DALAM SISTEM PERTAHANAN NEGARA


Hafiz Elfiansya Parawu, ST., M.Si.

A. Hakekat Pertahanan Negara
Menurut UU Nomor 3 Tahun 2002, “Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhaan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara”.
Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.  
B. Arti Pentingnya Kewarganegaraan
Kewarganegaraan menurut Ibnu Khaldun, adalah keikutsertaan individu dalam komunitas politik di mana hak-haknya dilindungi dan diakui.
Montesquieu, memandang bahwa dalam kewarganegaraan, suatu individu dalam negara yang penting adalah membina keteraturan.
Rosseau, menganggap warga negara adalah peserta aktif yang senantiasa mengupayakan kesatuan komunal.
Kant, menekankan kehidupan berwarganegara dalam kepatuhan terhadap hukum.
Alexis de Tocqueeville, melihat kewarganegaraan merupakan suatu posisi yang membedakan apakah seseorang berbeda dalam keadaan terisolasi atau memiliki tujuan-tujuan yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
Karl Marx, menekankan bahwa kewarganegaraan adalah suatu kondisi yang menentukn apakah seseorang sebenarnya dalam kondisi bebas ataukah tertindas dalam sebuah komunitas politik.     
C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor 267/Dikti/2000, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut:
1.  Tujuan umum
Memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan antara warganegara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara dalam upaya pembelaan negara
2.  Tujuan khusus
Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis berdasarkan Pancasila, serta ikhlas sebagai sebagai warga negara RI terdidik dan bertanggung jawab, dengan maksud:
a.    Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional
b.    Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa
c.    Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa, bangsa, dan negara  
D. Pendidikan Kewarganegaraan Bersifat Semesta
Kesemestaan pertahanan negara tidak mungkin terwujud jika dalam diri warga negara tidak tertanam kesadaran untuk membela negara. Sistem pertahanan negara bersifat semesta yang melibatkan seluruh sumber daya, sarana, dan prasarana nasional, tidak akan bergerak jika warga negara atau SDM yang menjadi sentral bergeraknya sistem itu tidak memiliki sikap perilaku yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
E.  Implementasi Sistem Pertahanan Negara
Implementasi konsepsi bela negara sejak awal hingga era reformasi dapat diperiodisasikan, sebagai berikut:
1.  Periode tahun 1945-1949
Periode perang kemerdekaan, perang menghadapi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia
2.  Periode tahun 1950-1965
Periode perang menghadapi gangguan keamanan dalam negara yang berwujud berbagai pemberontakan, perjuangan Trikora merebut kembali Irian Barat, serta perjuangan Dwikora mengganyang Malaysia
3.  Periode tahun 1966-1998
Periode pembangunan dengan tantangan yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian
4.  Periode Reformasi sejak tahun 1998
Tantangan kebangsaan Indonesia semakin banyak karena masuk dalam lingkup tantangan globalisasi yang mendorong kehidupan bangsa yang lebih transparan dan demokratis
                  


Syair Duka Cita

Makassar, 30 Oktober 2014, pk. 03.25


Akan Pasti Tiba

Hafiz Elfiansya Parawu


Tunai titah Sang Pencipta
Jemput sukma yang dicipta
Acuh pada masa jaya
Apatah lagi harta tahta

Kini sisa air mata
Penenang duka hati nan lara
Smoga kau tenang di sana
Do’a mulia slalu menyerta

Tiada lagi duka
Tiada lagi suka
Slamat tinggal harta
Slamat tinggal tahta
Biar, ku tenang bersama-Nya






Senin, 27 Oktober 2014

Manfaat Vitamin B Kompleks

MANFAAT VITAMIN B KOMPLEKS


Hafiz Elfiansya Parawu

Bagi rekan-rekan dosen, mahasiswa, dan saudara-saudara sekalian yang sering mengalami kelelahan ketika beraktivitas dan badan cepat capek kurang energi, kemungkinan besar tubuh anda kekurangan vitamin B kompleks. Sebaiknya anda membaca artikel kesehatan berikut, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua!
Sebenarnya, vitamin ada lebih dari selusin, semuanya berbeda dan melakukan berbagai fungsinya masing-masing. Sebagian besar vitamin B kompleks bekerja sama untuk kepentingan tubuh kita. Karena hubungan erat antara vitamin-vitamin tersebut, maka para ahli menyebutnya vitamin B kompleks.
Vitamin B kompleks merujuk pada semua vitamin penting yang larut dalam air kecuali untuk vitamin C. Vitamin B kompleks meliputi thiamine (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niacin (vitamin B3),asam pantotenat (vitamin B5), pyridoxine (vitamin B6), biotin, asam folat, dan cobalamins (vitamin B 12).
Setiap anggota B kompleks memiliki struktur dan menjalankan fungsi sendiri dalam tubuh manusia. Vitamin B1, B2, B3, dan biotin ambil bagian dalam produksi energi, vitamin B6 penting untuk metabolisme asam amino, dan vitamin B12 dan asam folat membantu dalam pembelahan sel. Masing-masing vitamin ini memiliki banyak fungsi tambahan. Namun, tidak ada fungsi yang mengharuskan semua vitamin B kompleks di konsumsi secara bersamaan.
Sumber Vitamin B Kompleks
§  Vitamin B1 (tiamin). Termasuk ke dalam vitamin B kompleks. Vitamin ini bisa ditemukan dalam sereal (padi, gandum) kacang-kacangan seperti lentil, almond, sayuran berdaun hijau seperti bayam, selada, kubis, asparagus. Sdangkan dari sumber hewani bisa didapatkan dari, ikan, telur, susu, dan daging.
§  Vitamin B2 (Riboflavin). Beberapa sumber terbaik riboflavin adalah ayam, ikan, telur, kacang-kacangan (seperti kacang polong dan lentil). Susu, yoghurt dan keju juga kaya akan riboflavin. Dari sumber nabati sayuran berdaun hijau seperti bayam, brokoli, asparagus, dan sereal juga menyediakan sejumlah besar riboflavin untuk kesehatan.
§  Vitamin B3 (Niacin). Banyak ditemukan pada ayam, salmon dan ikan seperti tuna dan salmon. Sedangkan bagi para vegetarian bisa mendapatkan sumber niacin dari kacang-kacangan, pasta dan gandum utuh.
§  Vitamin B6 (piridoksin) makanan seperti kentang, kacang-kacangan, daging merah, unggas, telur dan sereal mengandung sangat tinggi vitamin B6
Seperti halnya vitamin lainnya, vitamin B kompleks juga mengandung berbagai manfaat kesehatan yang baik bagi tubuh kita, seperti:
§  Meningkatkan Energi
Tubuh membutuhkan bantuan Vitamin B kompleks pada saat mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang pada gilirannya menghasilkan energi pada saat beraktivitas ataupun latihan. Jika tubuh kekurangan vitmain ini, maka proses produksi energi tidak berjalan optimal dan Anda bisa mengalami cepat lelah dan penurunan vitalitas saat latihan dan beraktivitas.
§  Membantu Proses Metabolisme
Karena larut dalam air, vitamin B kompleks mampu memperbaiki pencernaan dan produksi asam klorida (HCL) yang berfungsi memecah lemak, protein, dan karbohidrat. Vitamin B1, B2, B3 dan B6 sangat penting dalam menjaga pencernaan sehingga kekurangan vitamin ini akan memicu masalah pencernaan parah.
§  Meningkatkan Fungsi Otak
Vitamin B kompleks juga berperan dalam meningkatkan fungsi memori dan konsentrasi.Vitamin ini bekerja dengan cara membangun perisai pelindung di sekitar saraf otak dari ancaman homosistein yang dikenal sebagai racun bagi sel-sel saraf.
§  Mencegah Penuaan Dini
Kesehatan kulit, rambut, dan kuku tergantung pada sistesis RNA (ribonucleic acid) dan DNA (deoxyribonucleic acid) yang terjadi setelah dibantu vitamin B kompleks. Gangguan kulit seperti dermatitis, kulit berminyak, ketombe, bibir pecah-pecah, kulit kering, dan kulit keriput merupakan akibat kekurangan vitamin ini.
§  Menurunkan Kadar Kolesterol
Vitamin B kompleks juga mengandung unsur niacin, yang dapat membantu menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL). Selain itu, vitamin ini juga berperan mencegah pengerasan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke.
Daging, ikan, dan biji-bijian seperti beras dan gandum, mengandung semua vitamin B kompleks, namun vitamin ini banyak ditemukan di bagian luar makanan ini. Ini berarti bahwa beras yang dipoles telah banyak kehilangan vitamin ini.

Jika Anda tidak mendapatkan vitamin B kompleks dari makanan, Anda bisa mendapatkannya dari suplementasi multivitamin dan mineral. Sebagian besar multivitamin dan suplemen mineral mengandung vitamin B kompleks, dan didukung komposisi vitamin lain yang lebih lengkap.

Minggu, 26 Oktober 2014

Daftar 34 Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK 2014

SUSUNAN 34 DAFTAR MENTERI “KABINET KERJA” 
JOKOWI-JK 2014
(Diumumkan Di Istana Negara, Minggu (26/10/2014) Pukul 16.00 Wib)

Berikut daftar nama menteri susunan Kabinet Kerja Jokowi selengkapnya:
Presiden RI              : Joko Widodo
Wakil Presiden RI   : Muhammad Jusuf Kalla
  1. Menteri Sekretaris Negara: Praktino
  2. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/ Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago
  3. Menko Bidang Kemaritiman: Indroyono Soesilo
  4. Menteri Perhubungan: Ignasius Jonan
  5. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
  6. Menteri Pariwisata: Arief Yahya
  7. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said
  8. Menko Bidang Polhukam: Tedjo Edhi Pudjianto
  9. Menteri Dalam Negeri: Tjahjo Kumolo
  10. Menteri Luar Negeri: Retno Lestari Priansari Marsudi
  11. Menteri Pertahanan: Ryamizard Ryacudu
  12. Menteri Hukum dan HAM: Yasonna H. Laolly
  13. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara
  14. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi
  15. Menko Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil
  16. Menteri Keuangan: Bambang Soemantri Brodjonegoro
  17. Menteri BUMN: Rini M. Soemarno
  18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
  19. Menteri Perindustrian: M. Saleh Husin
  20. Menteri Perdagangan: Rachmat Gobel
  21. Menteri Pertanian: Amran Sulaiman
  22. Menteri Ketenagakerjaan: Hanif Dhakiri
  23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadimuljono
  24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya
  25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan
  26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani
  27. Menteri Agama: Lukman Hakim Saefuddin
  28. Menteri Kesehatan: Nila F. Moeloek
  29. Menteri Sosial: Khofifah Indar Parawansa
  30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohanna Yembise
  31. Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah: Anis Baswedan
  32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi: M. Nasir
  33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi
  34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Jafar

Materi 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB II
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL


Hafiz Elfiansya Parawu, ST., M.Si.


A. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah gabungan dari 2 (dua) kata majemuk, yaitu idea dan logus, yang berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana, ideologi berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat.
Dalam arti luas, ideologi berarti segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif.
Dalam arti sempit, ideologi berarti gagasan/ teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.
Ideologi juga diartikaan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.      
B. Makna Ideologi bagi Negara
Pancasila sebagai ideologi nasional, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat paandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum, dan Negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan nasional.
Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat negara yang dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara. Pancasila bersifat integralistik, karena:
1.    Mengandung semangat kekeluargaan dan kebersamaan
2.    Adanya semangat kerja sama (gotong royong)
3.    Memelihara persatuan dan kesatuan
4.    Mengutamakan musyawarah untuk mufakat
C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain
Pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya seperti liberalisme (kapitalisme) dan sosialisme (komunisme).
Liberalisme (kapitalisme):
Dimulai di Inggris yang dikenal dengan zaman pencerahan (aufklarung), yang menyatakan bahwa manusia memberikan penghargaan dan kepercayaan besar pada rasio dan bertitik tolak dari HAM yang melekat pada manusia sejak lahir serta tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa.
Sosialisme (komunisme):
Tokoh utamanya Karl Marx, Engels, dan Lenin. Ajaran komunis didasarkan atas kebendaan, sehingga tidak percaya pada Tuhan. Bahkan agama dikatakannya sebagai racun bagi masyarakat. Tidak mengenal pembagian kelas dan hak milik pribadi dalam masyarakat. Pemerintahan dijalankan dengan cara dictator.    
D. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Ciri khas ideologi terbuka ialah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat sendiri.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.
3 (tiga) sifat ideologi:
1.    Dimensi realitas
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat
2.    Dimensi idealisme
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3.    Dimensi fleksibilitas

Melalui pemikiran baru tanpa kehilangan hakikat dirinya, Pancasila berusaha memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu