Kamis, 01 November 2012

Kisah Keteladanan-Antara Sabar dan Sakit



Antara Sabar dan Sakit
Di kalangan Bani Israil, ada seorang pemuda fasik (gemar melakukan dosa) yang tidak pernah berhenti dari kejahatannya, hingga semua penduduk sekitar menjadi resah. Semua penduduk hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT. agar pemuda itu disadarkan. Hingga akhirnya Allah SWT. menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS., yang memberitahukan bahwa di kalangan Bani Israil ada seorang pemuda fasik yang harus diusir agar kejahatannya tidak menimpa ke penduduk sekitar.
Nabi Musa AS. pun mengusir pemuda itu. Namun si pemuda tetap berpindah-pindah desa dengan menebarkan kemungkaran. Dan sekali lagi Allah SWT. memerintahkan Nabi Musa AS. untuk mengusir pemuda itu. Nabi Musa AS. pun mengusir si pemuda ke arah padang pasir yang luas dan tandus, tidak ada yang menemaninya, tidak ada tumbuh-tumbuhan maupun hewan.
Akibat kondisi tersebut, si pemuda fasik pun sakit keras. Dia terjatuh dan kepalanya tersungkur di pasir. Dia merintih;
“Andai ibuku ada di sisi kepalaku, ia pasti akan merasa kasihan dan akan menangisi aku. Andai ayahku ada di sini, ia pasti membantu menguruskan masalahku. Andai istriku di sini, ia pasti menangisi kepergianku. Dan andai anak-anakku juga ada di sini, mereka pasti menangis di belakang jenasahku sambil berdo’a; ‘Yaa Allah, ampunilah dosa-dosa ayahku, si pengembara yang tak berdaya, yang durhaka, yang fasik, dan yang terbuang dari desanya hingga terasing di padang pasir yang luas dan tandus ini”.
Lalu pemuda fasik itu pun memanjatkan sebuah do’a;
“Yaa Allah, Engkau telah memisahkan aku dari kedua orang tuaku, anak-anakku, dan istriku. Namun janganlah Engkau putuskan Rahmat-Mu dariku! Engkau sudah membakar hatiku lantaran berpisah dengan keluargaku. Namun janganlah Engkau bakar aku dengan api neraka-Mu karena kedurhakaan-Ku!
Maka saat itu pula Allah SWT. mengutus para bidadari yang bias menyerupai ibunya, ayahnya, istrinya, dan anak-anaknya. Mereka semua duduk di samping pemuda sambil menangis.
Pemuda itu merintih bercampur bahagia, seraya berkata;
“Oh… ibuku, ayahku, istriku, dan anak-anakku sudah datang!”
Lalu, pemuda itu pun meninggal.
Kemudian Allah SWT. menurunkan wahyu ke Nabi Musa AS.;
“Pergilah ke padang pasir yang luas dan tandus, sebab di sana telah wafat seorang Waliullah (kekasih Allah SWT.). Uruslah segala keperluannya!”.
Berangkatlah Nabi Musa AS. menuju padang pasir yang luas dan tandus tersebut. Sesampainya di sana, beliau terhenyak menyaksikan mayat seorang pemuda yang dimaksud Waliullah adalah pemuda yang dulu pernah di usirnya atas perintah Allah SWT. Beliau pun melihat ada beberapa bidadari di sekitar mayat pemuda tersebut.
Nabi Musa AS. pun bertanya kepada Allah SWT.;
“Wahai Allah, bukankah pemuda ini yang pernah terusir dari desanya atas perintah-Mu?”
Allah SWT. berfirman;
“Ini adalah Rahmat-Ku dan pengampunan dari-Ku lantaran rintihannya di padang pasir yang luas dan tandus, juga lantaran berpisah dengan desanya, ibunya, ayahnya, istrinya, dan anak-anaknya. Lalu Aku mengutus beberapa bidadari untuk menyerupai semua keluarganya itu. Dan mereka semua ternyata iba melihat dia ditempat yang terpencil itu. Ketahuilah, bila seseorang meninggal di tempat yang terpencil, maka semua penghuni langit dan bumi menangis merasa kasihan padanya! Lantas Aku adalah Dzat yang selalu menyayangi melebihi sayangnya mereka. Apakah tidak seharusnya Aku mengasihinya?”     

Subhanallah…!
Semoga kisah keteladanan ini dapat menjadi bahan "perenungan atau pemikiran" sekaligus menjadi hikmah pembelajaran yang berharga bagi kita semua…Amin Yaa Allah.
Sumber: Kitab Mukasyafatul Qulub – Imam Al Ghazali


Tidak ada komentar:

Posting Komentar