Memelihara Anak Yatim
Alkisah, suatu ketika
meninggallah seorang pria Basrah yang sangat jahat. Istrinya tidak melihat ada
seorangpun yang menolong dan mengantar jenazah suaminya. Kemudian sang istri
membayar dua orang untuk memikul jenazah suaminya ke mushallah. Tetapi tak ada
seorangpun yang mau mensholati jenazah suaminya, hingga sang istripun membawa
jenazah suaminya ke padang yang luas untuk dikebumikan. Tak jauh dari padang tersebut hiduplah
seorang ahli ibadah yang rumahnya di atas gunung. Sang istri melihat sang ahli
ibadah seakan-akan menunggu kedatangan jenazah suaminya. Ternyata sang ahli
ibadah turun gunung berniat untuk menshalati jenazah pria jahat tersebut,
sehingga tersebarlah kabar mengenai hal ini, dan banyaklah penduduk sekitar
yang datang untuk ikut pula menshalati jenazah pria jahat tersebut.
Setelah shalat jenazah, para
penduduk yang merasa heran, mempertanyakan sebab sang ahli ibadah mau turun
gunung untuk menshalati jenazah pria jahat tersebut. Sang ahli ibadahpun
menjawab;
“Aku mendengar dalam mimpiku; ‘Turunlah
ke si Fulan, karena tidak seorangpun yang mau menshalatinya. Maka shalatkanlah,
sebab ia telah diampuni oleh Allah SWT!”
Jawaban
ini semakin membuat para penduduk penasaran akan amalan apa yang telah
dilakukan oleh si mati sehingga semua dosa-dosanya diampuni Allah SWT. Maka
sang ahli ibadahpun memanggil istri si mati untuk menanyakan perilakunya semasa
hidup. Istrinya menjawab;
“Sebagaimana orang-orang ketahui bahwa
almarhum suami saya sehari-harinya hanya berbuat dosa dan selalu mabuk-mabukan”
“Cobalah Anda teliti kembali, apakah
amalan kebaikan yang pernah dilakukannya semasa hidup?” Tanya
sang ahli ibadah.
“Oh ya, saya ingat, ada tiga amalan
kebaikan yang selalu dilakukan almarhum suami saya ketika hidupnya; pertama, bila
ia tersadar dari mabuknya ketika waktu Shubuh, ia segera mengganti pakaiannya,
berwudlu’, dan ikut berjamaah Shubuh. Kedua, di rumah kami tidak pernah sepi
dari satu atau dua anak yatim, dan kebaikan almarhum suami saya terhadap anak
yatim melebihi kebaikannya terhadap anaknya sendiri, dan yang ketiga, almarhum
suami saya pernah sadar dari mabuknya ketika malam hari, dia menangis, dan
berkata; ‘Yaa Tuhanku, letak neraka Jahannam manakah yang Engkau kehendaki
untuk meletakkan orang terkutuk ini?”
Subhanallah…!
Semoga
kisah keteladanan ini dapat menjadi bahan "perenungan atau pemikiran" sekaligus menjadi hikmah pembelajaran yang berharga bagi kita
semua…Amin Yaa Allah.
Sumber:
Kitab Mukasyafatul Qulub – Imam Al Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar