MATERI KULIAH
ILMU SOSIAL BUDAYA
DASAR (ISBD)
Hafiz
Elfiansya Parawu, ST., M.Si.
Pertemuan VI
KONSEPSI IBD DALAM
KESUSASTRAAN, SENI, AGAMA, FILSAFAT, DAN
KEINDAHAN
A.
Sastra
Di
Indonesia, karya sastra yang bergaya romantik yang lebih mengutamakan
pengorbanan perasaan daripada penalaran, pada umumnya dihasilkan oleh
pengarang-pengarang pada zaman Balai Pustaka (1920-1930) dan Pujangga Baru
(1933-1943). Buku-buku jenis prosa roman ataupun puisi-puisi pada masa tersebut
lebih banyak menggerakkan perasaan haru dibandingkan puisi-puisi dan
prosa-prosa Indonesia modern yang lebih banyak membuat pembacanya berpikir dan
berkreasi keras. Keindahan cipta sastra zaman tahun 1920an-1930an merupakan
keindahan romantik yang semata-mata berdampak emosional. Kata-kata: awan, mega,
angin, cahaya, malam, dan margasatwa merupakan contoh kata-kata yang kerap
digunakan penyair dalam bahasa sendu untuk menyertai rasa duka nestapanya.
Contoh
karya sastra dari Iskandar/ F. Zai:
Dewi Anggraini
Dewi Anggraini
cantik nian menawan
Memikat para satria
jaya sakti
Dewi Anggraini
engkaulah pujaan dewata
Penghias taman sorga
loka
Jika malam gelap
kelam
Cahayamu jua pembawa
harapan
Jika hati resah duka
Engkau jualah
pelipurku
Setiap waktu
kumenantikan
Suara nan merdu
merayu
Menembang tembang
kasih mesra
Dewi Anggaini
engkaulah permata kemilau teladan putri Indonesia
B.
Seni
Seni
adalah keindahan yang diciptakan oleh manusia. Pada hakekatnya, seni adalah
indah. Tetapi, bukan berarti bahwa segalanya yang indah adalah seni. Seni
(Muhtar Lubis), merupakan produk daya inspirasi dan daya cipta manusia yang
bebas dari cengkeraman dan belenggu berbagai ikatan. Sehingga, di dalam seni
orang mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh maknanya. Melalui
berbagai kemampuan, manusia berusaha mengungkapkan objek penelaahan itu
sehingga bermakna bagi penciptanya dan sekaligus bagi orang lain yang
menikmatinya.
Seni
dapat pula diartikan sebagai pengaturan dari isi kesadaran jiwa atau kehidupan
perasaan penciptanya dalam segala aspeknya. Sehingga, karya seni ditujukan
kepada manusia dengan harapan bahwa pencipta dan objek yang diungkapkannya
mampu berkomunikasi dengan manusia. Dengan demikian, memungkinkan manusia
tersebut berkomunikasi dengan cara menangkap pesan yang dibawa oleh karya seni
tersebut. Pesan yang dibawakan oleh para seniman biasanya bersifat moral,
estetik, gagasan, pemikiran, atau politik. Pesan yang disampaikan hanya berupa
himbauan yang diharapkan mampu memengaruhi sikap dan perilaku mereka.
Dalam
merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori yang mengemuka. Teori-teori
tersebut, adalah:
1. Teori
Pengungkapan
The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan),
menjelaskan bahwa setelah mendapat inspirasi berupa pengalaman, maka apa yang
telah dialami itu direnungkan, lalu diungkapkan, dan hasil ungkapan itu adalah
seni
2. Teori
Metafisik
The Liang Gie menjelaskan bahwa teori
seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni
berasal dari Plato. Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tinggi sebagai realita Ilahi. Karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan imitasi dari realita duniawi
3. Teori
Psikologis
The Liang Gie berpendapat bahwa
berdasarkan psikoanalisis, proses
penciptaan seni merupakan wujud pemenuhan keinginan bawah sadar seorang
seniman, dan karya seni yang diciptakan merupakan bentuk terselubung yang
diwujudkannya
C.
Agama
Sikap
halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap
sesama dari individu yang beragama. Individu yang memiliki dasar agama yang
baik, akan bersikap lemah lembut, suka memerhatikan keperluan orang lain, dan
suka menolong orang lain. Juga memperlihatkan sifat-sifat ramah, sopan, dan
sederhana dalam pergaulan.
Kehalusan
atau kekerasan seseorang dapat terlihat dari gerak laku, roman muka, dan tutur
bahasa. Bagian rohaniah yang melahirkan sikap ialah kemauan (karsa), perasaan
(rasa), dan pemikiran (cipta). Tiga unsur rohaniah inilah yang saling berkaitan
dan saling memengaruhi dalam mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, dan
perbuatan sehingga dapat dinilai kehalusan atau kekasarannya.
Prinsip
hidup kekeluargaan harus didasarkan pada nilai-nilai keagamaan, sehingga
tercipta cinta kasih, keadilan, kejujuran, kesetiaan, ketertiban, dan
kedisiplinan. Pergaulan yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan, tentu akan
melahirkan kehalusan dalam pergaulan. Sekurang-kurangnya akan tercipta
ketenteraman dan kesejahteraan.
D.
Filsafat
Berfilsafat
adalah setiap kegiatan untuk merenung atau berpikir secara mendalam akan
segenap pengetahuan yang telah dimiliki. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan
diri pada penalaran, yaitu berpikir yang logis dan analitis.
Pemikiran
kefilsafatan memiliki 3 (tiga) macam ciri, yaitu:
1. Menyeluruh,
dalam artian pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandang
tertentu
2. Mendasar,
dalam artian pemikiran yang mendalam sampai kepada hasil yang dapat dijadikan
dasar berpijak (fundamental) bagi segenap bidang keilmuan
3. Spekulatif,
dalam artian hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar pemikiran selanjutnya
Setiap
hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan, hasil seni tidak akan
mencapai keindahan.
E.
Keindahan
Keindahan
berasal dari kata indah. Keindahan
berasal dari terjemahan bahasa Inggris beautiful,
bahasa Perancis beau, serta
bahasa Italia dan Spanyol bello, yang
kesemuanya berasal dari bahasa Latin bellum.
Benda
yang memiliki sifat indah adalah hasil seni (meskipun tidak semua hasil seni
itu indah) dan ciptaan Tuhan. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan
adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang
sama, yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak
mengandung kebenaran berarti tidak indah.
Ada
7 (tujuh) sifat keindahan, yaitu:
1. Keindahan
itu kebenaran
2. Keindahan
itu abadi
3. Keindahan
memiliki daya tarik
4. Keindahan
itu universal
5. Keindahan
itu wajar
6. Keindahan
itu kenikmatan
7. Keindahan
itu kebiasaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar