Idul Adha, 5 Oktober 2014
HIKMAH BERKURBAN
Hafiz Elfiansya Parawu
Pada hakikatnya, ketika seorang hamba berkurban, ia tengah melepaskan diri atau menyucikan dirinya dari berbagai hal dan
sifat yang membuatnya sulit dekat kepada Allah SWT, yaitu sifat-sifat yang
sering membuat lalai dari Sang Pencipta karena harta. Dengan berkurban, semua
yang membuat tidak bisa dekat dari Allah SWT akan ditinggalkannya. “Seperti
anak muda yang sedang jatuh cinta. Harus ditunjukkan seperti mau berkorban
untuk kepentingan orang yang dicintai”.
Perintah Allah SWT agar menyembelih
binatang dengan mengeluarkan uang untuk diberikan kepada orang banyak dan fakir
miskin memiliki makna supaya orang tidak terikat kekayaan. Dengan dipotongnya
hewan, berarti sifat kebinatangan hilang, seperti sifat mengikuti hawa nafsu.
Seusai berkurban, jika sifat dan ketakwaan tidak berubah, sia-sialah kurban yang kita lakukan.
Karena itu, umat Islam harus memahami tentang ibadah kurban ini. Dengan begitu,
secara otomatis keimanan serta ketakwaan sebagai umat Islam dari hari ke hari
akan semakin bertambah. Dengan memaknai kurban secara mendalam, niscaya akan
semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah SWT sama sekali tidak memerlukan
daging yang telah kita kurbankan. Semua itu hanya untuk kepentingan dan
kewajiban kita sebagai manusia untuk saling berbagi. Bagi yang belum
sanggup berkurban, tidak dianjurkan alias tidak boleh memaksakan diri. Tujuan
berkurban selain mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga mensyukuri nikmat,
melestarikan ibadah yang pernah dilakukan sejak masa Nabi Adam, Nabi Ibrahim,
hingga Nabi Muhammad SAW. Tujuan lainnya yaitu untuk membantu fakir miskin.
Karena itu, jika seseorang ingin berkurban, hal utama yang
dibutuhkan adalah keikhlasan. Sebab, dimensi vertikal dari ibadah kurban adalah
ikhlas, dan dimensi horisontalnya barulah berbagi kepada sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar