Senin, 06 Oktober 2014

Hikmah Berkurban

Pembelajaran Hidup
Idul Adha, 5 Oktober 2014

HIKMAH BERKURBAN


Hafiz Elfiansya Parawu

Pada hakikatnya, ketika seorang hamba berkurban, ia tengah melepaskan diri atau menyucikan dirinya dari berbagai hal dan sifat yang membuatnya sulit dekat kepada Allah SWT, yaitu sifat-sifat yang sering membuat lalai dari Sang Pencipta karena harta. Dengan berkurban, semua yang membuat tidak bisa dekat dari Allah SWT akan ditinggalkannya. “Seperti anak muda yang sedang jatuh cinta. Harus ditunjukkan seperti mau berkorban untuk kepentingan orang yang dicintai”. 
Perintah Allah SWT agar menyembelih binatang dengan mengeluarkan uang untuk diberikan kepada orang banyak dan fakir miskin memiliki makna supaya orang tidak terikat kekayaan. Dengan dipotongnya hewan, berarti sifat kebinatangan hilang, seperti sifat mengikuti hawa nafsu. 
Seusai berkurban, jika sifat dan ketakwaan tidak berubah, sia-sialah kurban yang kita lakukan. Karena itu, umat Islam harus memahami tentang ibadah kurban ini. Dengan begitu, secara otomatis keimanan serta ketakwaan sebagai umat Islam dari hari ke hari akan semakin bertambah. Dengan memaknai kurban secara mendalam, niscaya akan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. 
Allah SWT sama sekali tidak memerlukan daging yang telah kita kurbankan. Semua itu hanya untuk kepentingan dan kewajiban kita sebagai manusia untuk saling berbagi. Bagi yang belum sanggup berkurban, tidak dianjurkan alias tidak boleh memaksakan diri. Tujuan berkurban selain mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga mensyukuri nikmat, melestarikan ibadah yang pernah dilakukan sejak masa Nabi Adam, Nabi Ibrahim, hingga Nabi Muhammad SAW. Tujuan lainnya yaitu untuk membantu fakir miskin. Karena itu, jika seseorang ingin berkurban, hal utama yang dibutuhkan adalah keikhlasan. Sebab, dimensi vertikal dari ibadah kurban adalah ikhlas, dan dimensi horisontalnya barulah berbagi kepada sesama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar