MATERI KULIAH
ILMU BUDAYA DASAR (BASIC HUMANITIES SCIENCE)
Hafiz
Elfiansya Parawu, ST., M.Si.
Pertemuan I
LATAR BELAKANG IBD
Latar
belakang pertama lahirnya IBD, berawal dari kritik yang
diberikan oleh sejumlah cendekiawan (sarjana-sarjana pendidikan dan kebudayaan)
dalam rapat seluruh rektor-rektor
universitas/ institut negeri seluruh Indonesia pada tanggal 11 s/d 13
Oktober tahun 1971 di Semarang.
Para
cendekiawan tersebut menilai bahwa sistem pendidikan di Indonesia merupakan
warisan sistem pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. Sistem
pendidikan warisan tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi (etische politik) yang dicetuskan oleh
Conrad Theodore Van Deventer, yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga terampil
dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik, dan keahlian lain demi
kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan negara Indonesia.
Warisan
sistem pendidikan pemerintahan Belanda telah menghasilkan beberapa dampak
negatif, di antaranya:
1. Sistem pendidikan yang terkotak-kotak,
yang menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu
tertentu saja. Padahal, pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk
menciptakan kaum cendekiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para
lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi
pembangunan negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan
ide bagi pemecahan masalah sosial budaya masyarakat yang sangat kompleks dan
berkaitan satu dengan yang lain.
2. Pendidikan terlanjur menjadi barang
mewah/ elite dalam masyarakat, sehingga
keakrabannya dalam masyarakat kurang terasa.
3. Perguruan tinggi seolah-olah merupakan
“menara gading” sekaligus
pabrik penghasil tenaga terampil.
Adanya
beberapa dampak negatif ini, menuntut kita untuk mengubah sistem pendidikan
warisan dari sistem pendidikan pemerintahan Belanda. Sehingga, perguruan tinggi
di Indonesia mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang tidak asing dengan denyut
kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya, sekaligus
juga dapat mengenali dimensi lain di luar disiplin keilmuannya.
Harus
diakui, bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan suatu
bangsa. Terlebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadian yang
lebih serasi dengan tantangan zaman. Pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila. Sedangkan, hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya.
Demi
mencapai tujuan tersebut, pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya
menempatkan manusia sebagai tempat interaksi kegiatan pembangunan materiil
maupun spiritual serta pembangunan yang melibatkan manusia sebagai makhluk
budaya dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal ini berarti bahwa,
pembangunan seharusnya:
1. Mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia
2. Menumbuhkan
sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh yang memiliki moralitas dan
integritas sosial yang tinggi
3. Menciptakan
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Latar
belakang kedua, terbitnya Surat Keputusan Direktur
Pendidikan Tinggi Nomor 1338/DPT/A/71, bahwa ISD dan IBD harus diberikan pada semua
fakultas dalam lingkungan Universitas/ institut negeri seluruh Indonesia. Surat Keputusan
ini lahir karena adanya 3 (tiga) masalah yang saling berkaitan yang tengah
dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, yaitu:
1. Adanya
kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya yang beraneka ragam. Kemajuan tersebut tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan sikap yang mampu
mengatasi ikatan primordial, yaitu
kesukuan dan kedaerahan.
2. Pembangunan
yang terus menerus dan semakin berkembang telah membawa perubahan dalam
masyarakat yang menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya dan sikap yang
mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah
menimbulkan mobilitas sosial yang diikuti oleh hubungan antaraksi yang bergeser
dalam kelompok masyarakat. Sementara itu, terjadi juga penyesuaian dalam
hubungan antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahami bila
pergeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
3. Kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), komunikasi massa, dan
transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku
maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan
asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi
penyebarannya juga berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah
perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata
nilai masyarakat, terlebih pada masyarakat yang sedang menumbuhkan identitasnya
sendiri sebagai bangsa.
Latar belakang ketiga, dari segi politis,
Indonesia adalah sesuatu yang utuh, akan tetapi dalam keanekaragaman budaya,
suku, dan tempat tinggal yang menyebar di seluruh Indonesia begitu sering menjadi
pemicu perbedaan satu sama lain yang akhirnya dapat menimbulkan konflik
horisontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar