Senin, 22 September 2014

Materi Kuliah Ilmu Budaya Dasar

MATERI KULIAH
ILMU BUDAYA DASAR (BASIC HUMANITIES SCIENCE)

Hafiz Elfiansya Parawu, ST., M.Si.

Pertemuan I
LATAR BELAKANG IBD

Latar belakang pertama lahirnya IBD, berawal dari kritik yang diberikan oleh sejumlah cendekiawan (sarjana-sarjana pendidikan dan kebudayaan) dalam rapat seluruh rektor-rektor  universitas/ institut negeri seluruh Indonesia pada tanggal 11 s/d 13 Oktober tahun 1971 di Semarang.
Para cendekiawan tersebut menilai bahwa sistem pendidikan di Indonesia merupakan warisan sistem pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. Sistem pendidikan warisan tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi (etische politik) yang dicetuskan oleh Conrad Theodore Van Deventer, yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik, dan keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan negara Indonesia.
Warisan sistem pendidikan pemerintahan Belanda telah menghasilkan beberapa dampak negatif, di antaranya:
1.  Sistem pendidikan yang terkotak-kotak, yang menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu tertentu saja. Padahal, pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendekiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah sosial budaya masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lain.
2.  Pendidikan terlanjur menjadi barang mewah/ elite dalam masyarakat, sehingga keakrabannya dalam masyarakat kurang terasa.
3.  Perguruan tinggi seolah-olah merupakan “menara gading” sekaligus pabrik penghasil tenaga terampil. 
Adanya beberapa dampak negatif ini, menuntut kita untuk mengubah sistem pendidikan warisan dari sistem pendidikan pemerintahan Belanda. Sehingga, perguruan tinggi di Indonesia mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang tidak asing dengan denyut kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya, sekaligus juga dapat mengenali dimensi lain di luar disiplin keilmuannya.
Harus diakui, bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Terlebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadian yang lebih serasi dengan tantangan zaman. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Sedangkan, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Demi mencapai tujuan tersebut, pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia sebagai tempat interaksi kegiatan pembangunan materiil maupun spiritual serta pembangunan yang melibatkan manusia sebagai makhluk budaya dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal ini berarti bahwa, pembangunan seharusnya:
1.  Mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia
2.  Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh yang memiliki moralitas dan integritas sosial yang tinggi
3.  Menciptakan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa  
Latar belakang kedua, terbitnya Surat Keputusan Direktur Pendidikan Tinggi Nomor 1338/DPT/A/71, bahwa ISD dan IBD harus diberikan pada semua fakultas dalam lingkungan Universitas/ institut    negeri seluruh Indonesia. Surat Keputusan ini lahir karena adanya 3 (tiga) masalah yang saling berkaitan yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, yaitu:
1.  Adanya kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam. Kemajuan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2.  Pembangunan yang terus menerus dan semakin berkembang telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial yang diikuti oleh hubungan antaraksi yang bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara itu, terjadi juga penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahami bila pergeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa. 
3.  Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), komunikasi massa, dan transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi penyebarannya juga berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, terlebih pada masyarakat yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
Latar belakang ketiga, dari segi politis, Indonesia adalah sesuatu yang utuh, akan tetapi dalam keanekaragaman budaya, suku, dan tempat tinggal yang menyebar di seluruh Indonesia begitu sering menjadi pemicu perbedaan satu sama lain yang akhirnya dapat menimbulkan konflik horisontal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar