Senin, 29 September 2014

Pesona Pagi di Bulu Dua

Kisah sebuah Perjalanan
Ahad, 28 September 2014

Pesona Pagi di Bulu Dua


Hafiz Elfiansya Parawu

Selepas Subuh kutinggalkan Makassar menuju kampus di Sengkang guna menghadiri undangan rapat dan memenuhi “tugas mulia” di sana. Mesin roda duaku melenggang tanpa hambatan di lintasan jalan yang masih agak lengang. Udara dingin masih begitu terasa, walau jaket, sarung tangan, dan sepatu sudah kukenakan. Hawa segar seakan menggodaku untuk melepaskan scarf biru tua yang menutupi sebagian wajahku. Terbersit secuil keinginan untuk bisa berlari-lari Subuh seperti beberapa orang yang tampak di sepanjang perjalanan.
Tak lama, iring-iringan para pecinta “mancing mania” terlihat. Ada yang berboncengan, ada juga yang asyik dengan kesendiriannya. Peralatan pancing lengkap dengan boks ikan dan tas yang sepertinya berisi bekal untuk “kampung tengah”, lengkap mereka bawa serta. Namun, mereka “tak setia” mengiringi perjalanku, mereka mampir di daerah Pangkep untuk mencari peruntungan dari empang-empang ikan yang tersebar luas di sana.
Ku pacu motorku dengan cepat hingga tak terasa perempatan Pekkae Barru sudah terlihat di depan mata. Sein kanan kunyalakan untuk memberi tanda pada kendaran di belakangku. Mulai kurayapi jalanan menuju jalur Bulu Dua yang masih lumayan lurus. Mendekati area Bulu Dua jalanan sudah semakin berkelok tajam. Konsentrasi dan kelihaian menunggangi “kuda besi” teruji di sini. kecepatan motor pun sudah mulai kurendahkan.  
Di segala penjuru sudah terhampar pesona Bulu Dua yang begitu memikat. Sayang rasanya bila maha karya Sang Kuasa ini dilewatkan begitu saja. Ku tepikan motor dan segera ku rogoh saku jaket untuk mengambil HP. Jam di HP meyakinkanku bahwa waktu tibaku di Sengkang nanti insya Allah tak akan terlambat meskipun aku berhenti sejenak untuk mengambil beberapa gambar pemandangan di Bulu Dua sebagai “ole-ole” yang indah. 
Beberapa view cantik telah berhasil ku dapatkan. Gunung batu yang menjulang tinggi dan kokoh dengan hamparan sawah yang telah menguning emas begitu sangat mempesona. Tak henti-hentinya hati dan bibir ini berdecak kagum sambil berbisik… “Sungguh indah ciptaanMu, Alhamdulillah aku masih bisa menikmatinya, semoga keindahan ini akan selalu lestari”. Masih begitu banyak eksotika yang belum sempat ku abadikan. Semoga di lain waktu ku dapat lewat dan singgah kembali untuk “menikmati pesonamu”. Kini, ku harus “mengalah” dulu dengan waktu dan melanjutkan kembali perjalananku (hfz). 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar